Langsung ke konten utama

SEPARAH INIKAH KEHILANGANMU?

  

      Malam semakin larut, dan perempuan itu masih saja dengan kondisi yang sama sejak sejam lalu, tetap menampilkan aksi seru dan hebohnya di hadapan banyak orang, orang - orang terlihat sangat puas dan ingin dilanjutkan lagi aksi dari perempuan itu, dan perempuan itu seolah makin dirasuki kesenangan, dia goyangkan badan, tubuh, tangan, kaki, dan semua anggota tubuhnya, yang sekiranya mampu membuat semua penonton makin bertepuk tangan gemuruh.
       Perempuan itu tak merasakan kelelahan, sama sekali. mungkin sebagai pelampiasan luka di hatinya yang tak seorangpun dapat mengetahui, dapat merabai.
       Perempuan itu sebenarnya sedang dalam fase kesedihan yang paling akut dalam hidupnya, dia baru saja mengalami kejadian yang paling tak diinginkan sebagai perempuan. yakni ditinggalkan oleh suami, ditinggalkan dalam arti suaminya masih hidup namun meninggalkannya yang sudah sangat mendambakan bahagia hingga akhir dengan laki - laki yang berstatus sebagai suaminya itu.
        Perempuan itu awalnya memang tak percaya, jika putaran roda - roda kehidupan akan membawanya dalam kepedihan yang dirasakannya kini, ditinggalkan dengan luka yang menganga lebar. suaminya ketahuan berselingkuh sampai memiliki anak dengan perempuan lain, dan perempuan itu harus menanggung akibat dari semua itu. sebab sang suami mendorong dan membenturkan kepala kekasih gelapnya sampai meninggal dunia, lalu sang anak harus hidup sebatang kara, akhirnya karena tidak tega perempuan itu mengangkat sebagai anak, mengadopsinya. 
        Ibu perempuan itu marah benar karena perempuan itu membawa anak hasil dari perbuatan dosa suaminya, namun perempuan itu mengatakan jika bukan dia yang mengasuh anak itu lalu siapa lagi, mana tega dia membiarkan anak itu hidup sebatang kara di jalanan, sekeras apapun hatinya disakiti, dia akan berusaha memberikan apapun yang terbaik yang dia bisa untuk suaminya.
****
          "Belum tidur?"
          "Dari tadi belum tidur, Nur." jawab Ibunya perempuan itu, sebut saja namanya Ibu Siti. "Kamu sendiri pulangnya malam sekali? baru selesaikah hajatannya?"
          "Iya, Buk."
        "Maafin Ibuk nak, kalau Ibuk masih nggak suka dengan kamu kerja begini, meski Ibuk tahu kamu sangat menyukai nyanyi dari dulu. sebab Ibuk masih selalu nggak enak kalau kamu diomongin sama orang." 
        "Biarin aja Buk, itu hak mereka, aku juga nggak apa - apa kok dikatain apapun, sebab Ibuk tahu sendiri kalau mengandalkan gaji jadi pengajar mana cukup. Apalagi kebutuhan kita setiap bulannya selalu banyak."
         "Iya deh, Nur. Ibuk tahu kamu akan selalu batasan mana yang baik dan tidak baik buat kamu."
         "Baiklah, Buk. Nurma tidur dulu ya, Nurma capek."
****
      Perempuan itu menikmati tidur tak lebih dari dua jam, sebab ketika azan subuh berkumandang, perempuan yang sebut saja namanya Nurma itu langsung bangun. dia membantu urusan domestik rumah tangga, dia harus membangunkan anak - anaknya dan menyiapkan sarapan, memandikan, dan mengantarkan mereka ke sekolah anak usia dini yang tak jauh dari rumahnya.
         Lalu dia sendiri menyiapkan dirinya sendiri untuk mengajar di sebuah madrasah yang letaknya berjarak lima kilometer dari rumahnya. Perempuan bernama Nurma itu dulu sempat mengenyam bangku kuliah dan sampai mendapatkan gelar sarjana, namun sang suami meminta Nurma untuk tidak bekerja full time sehingga pekerjaan menjadi pengajar yang paling sesuai dengan dia, semula semua tidak menjadi masalah berat baginya, namun sejak kejadian suaminya menjalani hukuman dipenjara dan tidak ada lagi yang bisa dijadikan tulang punggung keluarga, maka Nurma membanting setir dengan ikut menambah pekerjaan di malam hari, selain menjadi pengajar les privat, dia juga ikut menjadi penyanyi keliling dari panggung kampung ke panggung kampung lainnya.
         "Bu, tadi malam saya nonton Ibu tampil, sumpah keren sekali, Ibu benar - benar lain daripada yang biasa saya lihat di sekolah." komentar Agus, murid kelas delapan yang begitu Nurma sampai langsung menghampiri.
           "Ah masak sih, kamu nonton Ibu jadi biduan dangdut ya?"
           "Iya, super sekali, saya sampai susah berkedip."
          Nurma tersenyum simpul mendengarkan celoteh dari murid kelas delapan ini, lalu ketika dia masuk ke dalam kantor guru, semua guru lain memperhatikan Nurma dengan pandangan mencibir, seperti ingin mengolok namun malas berurusan. lalu siangnya kepala sekolah memanggil Nurma untuk menghadap.
      ****
         Nurma merasakan pil pahit yang sangat pahit, dia terancam akan kehilangan pekerjaannya menjadi tenaga pengajar apabila masih terdengar kabar yang mengatakan jika Nurma menyambi menjadi biduan di malam hari, hati Nurma merasa tercekat, dia tidak tahu harus melakukan apa, andaikan dia ada pilihan lain yang lebih baik daripada menjadi penyanyi untuk mendapatkan penghasilan lebih, dia akan melakukan semua itu.
          "Buk, baiknya gimana ini?"
       "Tetaplah bertahan, Nduk. kamu harus yakin, setelah kesulitan ini maka kamu akan mendapatkan kemudahan dalam hidup, yakinlah jika ada sesuatu yang menantikan kamu dan membuat kamu melupakan kesakitan - kesakitan yang kamu alami kini."
           "Aku harus mengurangi jadwal nyanyiku apa gimana?"
           "Tanyakan hatimu, jikalau tak mampu, beribadahlah."
****
          Esoknya masih tetap sama, Nurma selalu saja mendapatkan cibiran dari guru - guru lain, dia berkata dalam hati harus kuat, harus tabah, dan selalu tetap tenang, dia senyum saja pada mereka semua yang sudah membuat Nurma merasa terpojokkan itu.
           Rupanya gosip Nurma sang biduan hot sudah menyebar ke banyak orang, bahkan ke wali murid yang menjemput anak - anak mereka ketika sekolah usai. mereka juga memberikan pandangan dan sindiran yang sangat menyakitkan hati Nurma, hanya Nurma tetap diam dan lewat begitu saja tanpa menggubris sindiran dan lontaran kebencian dari mereka untuk Nurma.
        "Haduh, kalau gurunya memang se- hot bu Nurma sih kita - kita jadi khawatir, gimana anak - anak, jangan - jangan di kelas diajarin goyang - goyang erotis..." itu kata yang masih terngiang di benak Nurma. 
       Terasa sesak dada Nurma, namun dia hanya berusaha tetap tenang, bagaimanapun mereka yang mengatakan semua itu tidak pernah tahu apa yang sebenarnya diperjuangan Nurma. Sungguh Nurma ingin berteriak keras Separah inikah kehilanganmu? suamiku....
****
          Nurma tidak tahu bagaimana akhirnya, apa yang dia pilih ini akan tidak pernah disesali di masa depan atau tidak disesalinya, yang jelas dia mengubur semua impian untuk mendapatkan uang banyak dari menyanyi, dia berjanji di hadapan kepala sekolah, beberapa guru, dan dua orang wali murid yang sangat vokal untuk meminta Nurma dipecat saja. Nurma berjanji dia tidak akan menyanyi lagi, kalau dia bernyanyi lagi maka dia siap untuk keluar langsung dari pekerjaan utamanya menjadi pengajar.
          Nurma sendiri hanya bisa menahan hidup dengan seadanya saja, dan berharap ada malaikat penolong yang bisa sedikit memberikan angin segar untuk membantu urusan financial hidup Nurma.
**** 
      Nurma mengunjungi suaminya di LP, dia menumpahkan semuanya pada sang suami, lalu sang suami meminta maaf dan meminta pengertian dari Nurma atas semua kesalahan yang sudah diperbuatnya, dia berkata andai bisa memutar waktu dia tidak akan melakukan semuanya, tak menuruti keinginan untuk mendekati perempuan lain, lalu bercumbu dengannya, dan bahkan mendorong sampai menghilangkan nyawa perempuan itu.
         "Nurma, ceraikan aku, mungkin inilah yang terbaik. menikahlah dengan pria lain, yang bisa membantu kehidupan kamu." pinta Edwin, suaminya. dengan penuh permohonan.
          "Tapi, Mas." suara Nurma bergetar, "Aku tak mampu jika aku kehilangan lagi."
          "Orang seperti aku tak pantas mendapatkan kesetiaan dari aku, semoga ada pria yang benar - benar sayang dan tidak akan mengkhianatimu seperti yang aku lakukan, turutilah perkataanku, Nurma. sebab hidup kamu masih panjang, kamu juga ada anak - anak, dan anak itu."
          "Dia punya nama, Deva namanya." sahut Nurma.
          "Maafkan aku, aku sudah sangat membebani kamu, maafkan semua keegoisanku."
         Nurma tidak menyahuti, perhatian Nurma justru tertuju pada tattoo yang kini tersemat di dada kiri suaminya. seperti berlambangkan hati yang dibelit naga, dengan tulisan LOVE NURMA.
         "Kamu tahu sepupuku yang tinggal di Randu Alas, dia sekarang juga sedang dalam masa kacau, dia baru saja cerai sebab istrinya ketahuan tidur dengan pria lain, dia sedang dalam tahap kesedihan akut juga. aku rasa kalian cocok untuk menjadi pasangan, saling melengkapi satu sama lain." ucap Edwin panjang lebar, "Kamu tahu sendiri, dia adalah pengusaha tahu yang cukup sukses di Randu Alas, dua minggu lalu dia dan adiknya sambang ke sini. atau sama adiknya saja, kamu mau nggak? kalo adiknya sih jangan, suka main perempuan juga, nanti kamu malah dibikin babak belur lagi, udah sama sepupuku saja ya, demi kebaikan bersama Nur, dia juga butuh pendamping hidup."
            "Apaan sih, Mas ini?"
           "Aku serius, Nurma. siapa tahu kamu bisa bahagia hidup dengan dia, dia orangnya jujur, tak seperti aku. kamu coba ingat - ingat lagi, selama nikah denganku, apa kamu pernah merasakan bahagia?"
            "Aku selalu merasa bahagia, bahkan saat kamu sakiti aku."
            "Sudahlah, Nurma. hidup harus tetap berjalan, aku talak kamu!"
            Nurma tak tahu harus bersedih atau tersenyum, kehilangan Edwin dalam arti ini juga cukup memilukannya. mengagetkannya.
            "Tolong urus surat perceraian kita, Nur."
            
**** 
          Tak ada  luka yang selamanya, luka itu akan mengering dan sembuh, tak ada kesakitan yang tidak menemukan akhir, akhirnya adalah hari yang bahagia ini. setelah dibujuk banyak orang, akhirnya pinangan dari sepupu Edwin diterimanya juga.
         Nurma merasa cukup, meski sepupu Edwin memiliki bentuk muka dan bentuk badan tak sebagus Edwin. tapi pria yang kini bersanding di sampingnya di pelaminan ini cukup manis jika dipandang. dia juga terlihat cukup ramah pada banyak orang.
          Di hari pernikahannya sendiri, Nurma menangis, dia berharap ke depannya tidak ada kesedihan, kelaparan, dan kesakitan lagi. semoga ke depannya dia dan suaminya kini diberkahi.
           Dua hari lalu dia berkunjung ke Edwin, dan Edwin memberikan hadiah yang sama sekali tak diduga oleh Nurma, didapatkan justru ketika Edwin sudah tak lagi berstatus sebagai suaminya. Nurma benar - benar berterima kasih.
           Di tengah acara, Nurma diminta menyanyi. bahkan oleh kepala sekolahnya yang dulu amat menentang Nurma menyanyi di depan banyak orang, Nurma tak menyia - nyiakan kesempatan sekali seumur hidup itu, dan Nurma memang menunjukkan kebolehannya untuk menyanyi di depan banyak orang, semua tersihir dengan keindahan suara Nurma dan indahnya lekukan goyangan khas dari Nurma.
   ****
          "Tahu.... Tahu... tahu... Tempe... krupuk....." 
           Nurma ikut berjualan keliling tahu tempe dan krupuk dagangannya, rasanya senang sekali. bisa ikut membantu suami berjualan melebarkan area jualan di saat Nurma  lepas jam mengajar.
                Bahagia itu sederhana, dan sederhana itu selalu membuat jiwa tak resah. siapa sangka berjualan tahu keliling kampung tak kalah asyik dari menyanyi di panggung - panggung?
    
          "Tahu.... Tahu... tahu... Tempe... krupuk....." 

          
          "Tahu.... Tahu... tahu... Tempe... krupuk....."  


#bluevalley  #tantangannulis

“Tulisan ini dibuat untuk memenuhi #tantangannulis #BlueValley bersama Jia Effendie.”
     


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI: SENJAKALA - RISA SARASWATI

Judul       : SENJAKALA Penulis    : Risa Saraswati Penerbit   : Bukune Tebal       : x+218 hlm; 14x20 cm ISBN       : 978-602-220-294-3 Blurb: Senjakala. Setiap orang punya perasaan yang berbeda tentang gurat , merah yang menghiasi langit senja itu. Ada yang menganggapnya indah, tenang, bahkan romantis-seperti yang sekarang kian populer disajakkan para penyair. Namun, bagiku. Peter, Hans, Hendrick, William, dan Janshen, saat itu artinya tidak boleh kemana-mana. Kami akan berada di kamar dan bercerita tentang hal mengerikan apa saja yang bisa muncul di waktu senja. Anak-anak itu ketakutan, Semakin besar rasa takut mereka, makin semangat aku bercerita. Sekumpulan kisah-kisah paling menyeramkan dari makhluk yang bermunculan pada jelang malam itu di buku ini. Selamat mengikuti Senjakala, sisi lain dari indah gurat senja. ### Buku ini merupakan kisah menarik tentang kisah yang dialami oleh Risa Saraswati sendiri perihal waktu senja, dan diceritakan kepada pa

RESENSI NOVEL: PERSIMPANGAN - HASAN ASPAHANI - GAGASMEDIA

Judul Buku : Persimpangan Penulis : Hasan Aspahani Penyunting : Ry Azzura dan Sulung S. Hanum Ilustrator : Fajar Nugraha Penerbit : GagasMedia Terbit : 2019 Cetakan Pertama Jumlah Halaman : vi + 206 Hlm Cover depan novel Persimpangan karya Hasan Aspahani  BLURB NOVEL: Pergi dari Ibu Kota menyusuri arah Timur Indonesia, Habel Rajavani melakukan perjalanan dengan misi melupakan kehilangan. Majalah remaja yang merupakan “rumah” baginya—tempat ia bekerja dan bermakna—mesti menghadapi realitas dunia digital. Jurnalis muda itu mencari tahu apa yang ia butuhkan dalam hidupnya yang masih akan panjang. Ditemani jurnal setia, ia membuat catatan atas apa-apa yang ia temui, segala resah dan cerita. Dia bertemu banyak orang yang lebih malang darinya, “Masing-masing dari kami menemukan cara untuk berdamai dengan diri sendiri dan kehidupan,” tulisnya dalam jurnal itu. Di waktu yang tak ia duga, hadir seorang perempuan yang mengguncang kebekuan hatinya. Perempua

Mimpi Secarik Kertas

Jam menunjukkan pukul 2 siang ketika aku tiba dirumah. Terlihat adikku yang sedang belajar dan yang satu lagi sedang bermain robot-robotan, mereka bernama Farras dan Naddif. Keduanya perempuan. Namun, adikku Naddif sedikit agak tomboy. Entahlah, kata ibuku perilakunya sepertiku. “Assalamu’alaikuum.” ucapku memberikan salam dan kemudian bergegas masuk kamar. “Deyo, makan dulu gih, ibu sudah memasak masakan yang kamu suka. Jangan sampai telat lagi makannya, kamu punya maag.” perintah ibuku menghentikan aku ketika hendak menutup pintu kamar. “Mm, tadi disekolah Deyo sudah makan, bu.” kataku. “Oh yasudah.” katanya singkat. Kututup pintu kamar, kemudian dengan sedikit terburu-buru aku mengganti baju. Aku jadi memikirkan apa yang tadi Pak Kiki katakan. Dia berkata kalau kita harus punya banyak mimpi, dimulai dari mimpi terkecil hingga mimpi terbesar dalam hidup kita. Dia juga berkata kalau semua orang pasti punya mimpi yang amat banyak, namun terhalang oleh hambatan yaitu keadaan. Menur