Langsung ke konten utama

REVIEW : MY OWN PRIVATE MR. COOL


(IDENTITAS BUKU)

Judul: MY OWN PRIVATE MR. COOL
Penulis: INDAH HANACO
Penerbit: PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
Desain Sampul: Orkha Creative
Desain Isi: Nur Wulan Dari
ISBN: 978-602-03-9522-7

(BLURB)

Bagi Heidy Theapila, latar belakang keluarga membuatnya tak mudah menemukan pasangan sejiwa. Tapi, ceritanya berbeda dengan Mirza. Heidy meyakini lelaki itu mencintainya dengan tulus. Namun, keyakinannya tumbang. Pertemuan mereka bukan cuma karena campur tangan Allah, melainkan karena skenario rapi yang berkaitan dengan materi.

Marah sekaligus patah hati, Heidy membatalkan rencana masa depannya dan memilih kabur ke Italia. Langkahnya mungkin tak dewasa, tapi Heidy butuh ruang untuk meninjau ulang semua rencana dalam hidupnya.

Lalu, Allah memberinya kejutan. Dalam pelayaran menyusuri Venesia, Heidy bertemu raksasa bermata biru. Graeme MacLeod, si Mr. Cool, pria yang mencuri napasnya di pertemuan pertama mereka. Meski ketertarikan di antara mereka begitu besar, Heidy tidak berniat menjalin asmara singkat. Graeme harus dilupakan.

Ketika apa yang terjadi di Venesia tidak bisa tetap ditinggal di Venesia, Heidy mulai goyah. Apalagi Graeme ternyata lelaki gigih yang mengejarnya hingga ke Jakarta dan tak putus asa tatkala ditolak. Meski akhirnya satu per satu rahasia kelam lelaki itu terbuka, Heidy justru kian jatuh cinta.

Pertanyaannya, apakah cinta memang benar-benar mampu menyatukan mereka?


(PENOKOHAN)

Heidy Theapila: adalah seorang wanita mandiri yang berusia di akhir 20-an. sangat marah, sekaligus kecewa karena hubungannya dengan calon suaminya kandas begitu saja. Pada akhirnya Heidy mengetahui rahasia besar yang di antara calon suaminya itu dan Ibundanya. Heidy merasa ditipu mentah mentah. dari situ akhirnya Heidy memutuskan untuk kabur saja dari rumah untuk mendapatkan ketenangan.

Graeme MacLeod: seorang yang disebut sebagai raksasa bermata biru. badannya besar dan matanya biru, tubuhnya tegap, punggungnya lebar, dan semua penggambaran pria dengan tubuh besar terpampang nyata dalam sosok Graeme. namun siapa sangka jika dia memiliki kisah di masa lalu yang dia simpan rapat rapat karena itu menimbulkan trauma yang rupa - rupanya berdampak sangat menyakitkan.

Mirza: sosok pria yang sebenarnya terperangkap muslihat ibunda Heidy, namun berakhir tidak baik karena pada akhirnya membuat Heidy murka bukan main. Mirza sendiri berusaha memperbaiki semua, namun sudah terlambat, rasa sakit yang dialami Heidy terlalu mendalam rupanya, sehingga benar benar sulit memaafkan Mirza walau Mirza sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf berkali - kali.

(KONFLIK)

Novel ini memiliki pengembangan konflik yang kompleks, walau semua dari ide awal yang sederhana saja. tapi kalau saya boleh menilai di novel yang seperti ini, penulis dapat menunjukkan kemahirannya dalam meramu ide awal yang sederhana menjadi luar biasa. Kalau cinta antara Graeme dan Heidy sendiri tidak rumit, sudah tertebak bagaimana nanti perjalanan cintanya, tapi bukan itu poinnya, poinnya di bagaimana tokoh tokoh ini menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

Riset yang matang juga saya lihat sangat ketat dilakukan oleh penulis dalam menuliskan istilah istilah kesehatan jiwa pasca traumatik, penyebab dan apa yang dialami, semua ditulis dengan berdasarkan riset, nggak asal - asalan. kelihatan kok di sini masalah itu bukanlah tempelan semata.

dan tentunya deskripsi tentang Venezia tak terkalahkan pokoknya. indah.

(REVIEW)

Novel ini berkisah tentang seorang bernama Heidy yang kecewa berat sama Mirza, mantan calon suaminya, yang ternyata menipunya di belakangnya. menipu apa sih sebenarnya? baca saja sendiri. pokoknya berkaitan dengan masalah strata sosial high class.

dari rasa kecewa itu akhirnya Heidy memilih untuk meninggalkan Indonesia dan pergi ke kota Venesia di Italia sana, di sana dia kelak akan naik kapal pesiar atau cruise. kapal itu bernama Vivaldi.

Di kapal Vivaldi, Heidy bertemu dengan seorang bertubuh besar dan bermata biru bernama Graeme MacLeod. siapa yang menduga pertemuan tak terduga itu justru membuatnya tak bisa melupakan sosoknya dari pikirannya. sepertinya memang pertemuan dengan Graeme justru melupakan saat saat pahit pasca perpisahan dengan Mirza. masalahnya Graeme bener benar sosok yang asing, dan banyak aral yang merintang, termasuk perihal agama, kebangsaan, dsb.

Dari sisi Graeme sendiri juga sebenarnya tak kalah rumit, dia sendiri menyimpan permasalahan yang tidak mudah. Graeme menyaksikan sendiri banyak darah yang tumpah akibat perang yang meletus di daerah tempatnya bertugas dulu, Graeme sendiri adalah mantan marinir yang kini menjadi warga sipil karena tak kuat menanggung trauma pasca perang, tenang saja soal ini kak Indah Hanaco menuliskan dengan sangat baik urusan istilah - istilah medis ini dan juga penjelasannya nggak bikin kepala pening.

singkat cerita Heidy dan Graeme bertemu, lalu apa yang akan terjadi, adakah hal dramatis yang terjadi di antara keduanya? kalaupun ada pasti sangat menakjubkan, secara keduanya adalah sosok yang benar benar asing dan dipertemukan di sebuah kapal pesiar yang seharusnya dipakai Heidy menikmati wisata bulan madu bersama Mirza.

novel ini seperti yang saya bilang di atas, ditulis dari sebuah ide awal yang sangat sederhana tentang orang asing yang bertemu lalu jatuh hati, padahal mereka sendiri ada masalah dengan kehidupan masing masing. seperti itu saja. namun siapa yang menduga kalau penulis dapat memberikan sesuatu yang mencengangkan. bahkan memberikan banyak pengetahuan, soal agama, soal keyakinan, toleransi beragama, dan juga trauma yang dapat timbul pascaperang terjadi.

saya juga suka pesan tentang berdzikir ketika tokoh Graeme mendapati mimpi buruk yang menyakitkan dan juga migrain yang tak kunjung usai. dalem banget pesennya, tergantung pembacanya juga sih. kayak selipan aja sih kalau bagi yang nggak ngeh, tapi di sini aku melihat sisi relijius yang ditunjukkan kak Indah, diam diam namun melekat di sanubari, makasih ya Kak Indah.

oh ya, sebelum kelupaan, aku suka banget lho pesan yang disimpulkan dari novel ini, soal kekayaan, kayak hal remeh tapi memang bikin sebel bukan main sih. 

penasaran kan, ya udah segera beli dan segera baca novel ini.

pertanyaannya, apakah cinta memang benar benar mampu menyatukan mereka?

(RATE)

4,7 BINTANG / 5 BINTANG

(PETIKAN)

"Aku tidak perlu buang - buang energi untuk memaparkan sejuta alasan. kau tak bisa hidup tanpaku, itu kesimpulannya." (halaman 129)




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI: SENJAKALA - RISA SARASWATI

Judul       : SENJAKALA Penulis    : Risa Saraswati Penerbit   : Bukune Tebal       : x+218 hlm; 14x20 cm ISBN       : 978-602-220-294-3 Blurb: Senjakala. Setiap orang punya perasaan yang berbeda tentang gurat , merah yang menghiasi langit senja itu. Ada yang menganggapnya indah, tenang, bahkan romantis-seperti yang sekarang kian populer disajakkan para penyair. Namun, bagiku. Peter, Hans, Hendrick, William, dan Janshen, saat itu artinya tidak boleh kemana-mana. Kami akan berada di kamar dan bercerita tentang hal mengerikan apa saja yang bisa muncul di waktu senja. Anak-anak itu ketakutan, Semakin besar rasa takut mereka, makin semangat aku bercerita. Sekumpulan kisah-kisah paling menyeramkan dari makhluk yang bermunculan pada jelang malam itu di buku ini. Selamat mengikuti Senjakala, sisi lain dari indah gurat senja. ### Buku ini merupakan kisah menarik tentang kisah yang dialami oleh Risa Saraswati sendiri perihal waktu senja, dan diceritakan kepada pa

RESENSI NOVEL: PERSIMPANGAN - HASAN ASPAHANI - GAGASMEDIA

Judul Buku : Persimpangan Penulis : Hasan Aspahani Penyunting : Ry Azzura dan Sulung S. Hanum Ilustrator : Fajar Nugraha Penerbit : GagasMedia Terbit : 2019 Cetakan Pertama Jumlah Halaman : vi + 206 Hlm Cover depan novel Persimpangan karya Hasan Aspahani  BLURB NOVEL: Pergi dari Ibu Kota menyusuri arah Timur Indonesia, Habel Rajavani melakukan perjalanan dengan misi melupakan kehilangan. Majalah remaja yang merupakan “rumah” baginya—tempat ia bekerja dan bermakna—mesti menghadapi realitas dunia digital. Jurnalis muda itu mencari tahu apa yang ia butuhkan dalam hidupnya yang masih akan panjang. Ditemani jurnal setia, ia membuat catatan atas apa-apa yang ia temui, segala resah dan cerita. Dia bertemu banyak orang yang lebih malang darinya, “Masing-masing dari kami menemukan cara untuk berdamai dengan diri sendiri dan kehidupan,” tulisnya dalam jurnal itu. Di waktu yang tak ia duga, hadir seorang perempuan yang mengguncang kebekuan hatinya. Perempua

Mimpi Secarik Kertas

Jam menunjukkan pukul 2 siang ketika aku tiba dirumah. Terlihat adikku yang sedang belajar dan yang satu lagi sedang bermain robot-robotan, mereka bernama Farras dan Naddif. Keduanya perempuan. Namun, adikku Naddif sedikit agak tomboy. Entahlah, kata ibuku perilakunya sepertiku. “Assalamu’alaikuum.” ucapku memberikan salam dan kemudian bergegas masuk kamar. “Deyo, makan dulu gih, ibu sudah memasak masakan yang kamu suka. Jangan sampai telat lagi makannya, kamu punya maag.” perintah ibuku menghentikan aku ketika hendak menutup pintu kamar. “Mm, tadi disekolah Deyo sudah makan, bu.” kataku. “Oh yasudah.” katanya singkat. Kututup pintu kamar, kemudian dengan sedikit terburu-buru aku mengganti baju. Aku jadi memikirkan apa yang tadi Pak Kiki katakan. Dia berkata kalau kita harus punya banyak mimpi, dimulai dari mimpi terkecil hingga mimpi terbesar dalam hidup kita. Dia juga berkata kalau semua orang pasti punya mimpi yang amat banyak, namun terhalang oleh hambatan yaitu keadaan. Menur